Abstrak
Perdebatan kalangan akademisi Barat, politisi dan dewan keamanan AS semakin tajam menyusul berbagai serangan serupa meskipun tidak sedahsyat tragedi 11 September, sebagian kalangan memandang Islam politik, —khususnya menyangkut hubungan antara Islam dengan demokrasi—setidaknya terbagi atas dua arus besar; kelompok pertama adalah kelompok yang berkesimpulan bahwa Islam tidak beroposisi dengan demokrasi, kelompok kedua adalah kelompok yang berpandangan bahwa Islam oposisi dengan demokrasi. Kelompok ini beranggapan bahwa nilai fundamental Islam sangat cocok dengan demokrasi. Islam tidak anti demokrasi, tetapi antara Islam dan demokrasi dapat hidup secara berdampingan. Bukan saja sarjana pemikir Barat yang memiliki pandangan seperti ini, dikalangan ilmuan islam juga tidak sedikit yang berpandangan semacam ini. Ibrahim M. Abu Rabi’ dalam tema tulisan artikelnya yang berjudul “A Post- September 11 Critical Assessment of Modern Islamic History” dalam buku “11 September Religious Perspectives on the Causa and Consequences” mencoba mempertanyakan dan kemudian menjelaskan mengapa terjadi serangan terhadap AS oleh kelompok Muslim dari sudut
pandang rasionalisasi Al-Qur’an terhadap kekerasan. Sebab bagaimanapun juga tragedi tersebut telah mengubah image Barat terhadap Islam yang semakin negatif bahkan sudah sampai pada level mengerikan yakni gejala ketakutan yang dikenal dengan Islamphobia. Ibrahim M. Abu Rabi’ mencoba mengkaji tragedi tersebut dalam perspektif sejarah. Artikel ini secara garis besar berupaya membahas pemikirannya mengenai poin penting yang hendak dielaborasi, yakni: 1). pendidikan di dunia Muslim; modern atau tradisional. 2). Inspirasi Pemikiran M. Abu Rabi’ dalam Pembaharuan Sistem Pendidikan Agama Islam dilingkungan PTKAI dan PTU.
No comments:
Post a Comment
Tanggapan Anda